Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyiagakan tim khusus untuk mengantisipasi masalah kesehatan yang muncul bila bencana banjir melanda."Melalui Komite Penanggulangan Bencana IDI, kami sudah melakukan koordinasi dengan 363 cabang IDI di wilayah untuk menyiapkan tenaga dokter dan sumber daya yang dibutuhkan," kata Ketua Umum Pengurus Besar IDI Dr.dr.Fachmi Idris, MKes di Jakarta, Kamis.PB IDI, menurut dia, juga merekrut relawan medis dan non medis serta membekali mereka dengan keahlian yang dibutuhkan untuk membantu penanganan bencana, termasuk bencana banjir."Yang kita siapkan adalah tenaga-tenaga yang siap memberikan pelayanan dalam kondisi apa pun. Karena itu yang dibutuhkan dalam kondisi yang serba darurat saat ada bencana," ujarnya.Selain itu, menurut dia, PB IDI juga melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan komunitas dalam mencegah dan menghadapi dampak bencana."Kami berusaha memberdayakan komunitas dengan memberikan penyuluhan dan menyebarluaskan informasi mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan bencana melalui pembagian selebaran dan buku pedoman," jelasnya.Lebih lanjut Fachmi menjelaskan, kegiatan penanggulangan bencana yang perlu dilakukan untuk meminimalkan kesakitan dan kematian akibat bencana banjir antara lain meliputi pemberian pelayanan medis dasar pra rumah sakit dan pelayanan nonmedis.
Pelayanan nonmedis meliputi pembagian logistik dan penyediaan air bersih."Untuk penyediaan air bersih kami bekerja sama dengan LAPI ITB menyediakan alat"MobileWaterTreatment" yang kapasitasnya 5.000 liter per detik. Alat ini siap dioperasikan bila ada bencana banjir," jelasnya.
Potensi Banjir
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) memprakirakan musim penghujan di seluruh wilayah Indonesia bermula pada November 2007. Puncak hujan bervariasi di tiap daerah namun di wilayah DKI Jakarta, yang hampir setiap musim hujan dilanda banjir, puncak hujan diprakirakan terjadi bulan Desember 2007-Januari 2008.Curah hujan yang tinggi pada puncak musim hujan dan kondisi lingkungan yang mendukung dikhawatirkan kembali membuat kawasan ibukota rawan banjir."Karena menoleh pengalaman awal tahun 2007, banjir melanda hampir 80 persen wilayah Jakarta," katanya.Fachmi menjelaskan, selain mengakibatkan kerusakan sarana fisik dan menghambat aktivitas, banjir juga memicu munculnya berbagai masalah kesehatan seperti diare, leptospirosis, demam berdarah, tetanus, dermatitis dan penyakit yang sifatnya psikosomatis.Guna menekan angka kesakitan dan kematian akibat masalah kesehatan tersebut, menurut dia, perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan dampak bencana secara terkoordinir dan sistematis."Penanganan banjir beserta dampak yang mengikutinya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa sendiri-sendiri. Kita perlu melakukan upaya secara terkoordinasi, terukur dan sistematis